Saturday, 30 July 2022

Gus Baha: Prestasi Tertinggi Manusia

Sayidina Umar bin Khattab ketika beliau pertama diangkat menjadi khalifah, orang mengira beliau akan menyampaikan hal hal yang besar; seperti visi misi bernegara, syariat islam, dan lain sebagainya.

Tapi ketika Sayyidina Umar naik ke Mimbar, pidatonya itu begini;

“Saya ini pemuda dari Bani Makhzum, dari kecil bisa makan karena bulik-bulik saya punya kebun kurma, yang kalau saya bantu memanen, diupahi beberapa biji, dan itu menjadikan saya bisa hidup. Wasssalamualaikum wr.wb.” 😁

Jadi direktur. Jadi CEO. Jadi menteri. Jadi presiden, mungkin selama ini kita anggap sesuatu yang prestisius. Padahal, kalau tak bisa makan, presiden pun akan kelabakan.  

Makanya Sayyidina Umar mengingatkan, “Sebetulnya nikmat tertinggi saya adalah bukan saat menjadi khalifah, tapi ketika aku bisa makan (kalau nggak aku mati)." 

“Misalkan sekarang saya punya kemuliaan, dihormati orang dan lain-lain.” Kata Gus Baha. “Bodoh sekali kalau saya menikmatinya. Paling banter, enaknya apa sih dihormati orang itu? Tapi kalau nikmat saat itu bisa makan, itu nyawa. Makanya saya ga mudah kecewa, selama bisa makan, itu sudah nikmat tertinggi.”

Kita ini menjadi angkuh, karena sering ngitung nikmat yang ‘besar-besar’. "Kalau saya nggak," Kata Gus Baha. Selama saya bisa makan, gak mati, itu adalah prestasi tertinggi. Begitu gampangnya cara pikir saya."

Makanya, orang-orang ahli tauhid itu tak pernah ada susah dalam hatinya, seperti di Qur’an surat Fussilat ayat 30. Paham ya?”  

 

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

30. Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

 

------------------

Disarikan dari kitab Hayatis Sahabat yang disampaikan oleh Kyai Bahauddin Nur Salim (Gus Baha).

Share:

0 comments:

Post a Comment