Kalau ngobrolin Samurai, pasti yang teringat adalah Kenshin Himura. Itupun tokoh fiktif. Padahal, di Jepang ada satu pendekar pedang hebat. Nyata. Hidup di tahun 1600an. Namanya Miyamoto Musashi. Hingga akhir hayatnya, Musashi mencatatkan rekor 61 kali pertarungan (duel) tanpa kalah. Menang terus. Biasanya, aturan duel jaman dulu itu, kalau kalah, bisa dipastikan mati. Bisa terbunuh, bisa juga karena harakiri.
Kisah hidup Musashi ini bisa teman-teman baca di novelnya Eiji Yoshikawa, atau buat yang senang manga bisa pantengin Vagabond karya mangaka favorit saya, Takehiko Inoue.
Di Novel, maupun di manga, duel Musashi dengan Sasaki Kojiro adalah puncak pencapaiannya sebagai seorang Samurai. Dalam pertarungan itu, Musashi menunjukan ciri khasnya. Dia menggunakan kombinasi katana dengan bokken (pedang kayu), tak lumrah dengan Samurai lain, yang biasanya pakai dua pedang, panjang dan pendek. Ini adalah penanda penting betapa tinggi ilmu berpedangnya.
Ia tidak lagi tergantung pada pedangnya. Ia mengandalkan dirinya sendiri untuk berdaptasi dan menggunakan apa yang disediakan alam untuknya. Ia telah menyatu bersama ritme alam.
Kalau dibandingkan dengan era sekarang, Musashi ini mirip-mirip dengan petinju Muhamad Ali. Sebelum bertarung, dia pandai mempermainkan emosi lawannya. Hal ini tergambar melalui cerita di Novelnya Eiji Yoshikawa:
Musashi tiba antara pukul 9 hingga 11 pagi. Cukup untuk membuat kesal Kojiro dan para pendukungnya yang telah bersiap-siap sejak pukul 8 pagi. Kedatangan Musashi disambut Kojiro yang dengan emosional langsung melemparkan sarung pedangnya ke air.
“Kamu sudah kalah Kojiro. Hanya orang kalah yang tidak memerlukan sarung pedang,” ujar Musashi sambil tersenyum. Ia terus saja mempermainkan emosi lawannya.
Tanpa basa-basi, Kojiro menerjang dengan pukulan mematikan yang diarahkan langsung ke dahi musuhnya yang makin menjengkelkan. Serangan itu memang dahsyat. Meskipun bisa mengelak, ikat kepala Musashi sempat sobek tapi tak sampai terpotong.
Meskipun demikian, bukan pertarungannya dengan Sasaki Kojiro saja yang menjadikan Musashi sebagai Kensei atau “Dewa Pedang”. Ia justru dikenal sebagai pemikir strategi dan seorang yang bijaksana setelah memasuki masa tuanya – terutama setelah menulis dua karya utamanya, “The Book of Five Rings” (Go Rin No Sho) dan “The Path of Aloneness” (Dokkodo).
Ada 21 ajaran Musashi Dalam Dokkodo, tapi menurut saya, intinya ada sembilan. Berikut 9 Ajaran Hidup Miyamoto Musashi yang tertuang dalam “The Path of Aloneness” (Dokkodo);
1. Terima semua hal sebagaimana adanya.
2. Jangan mencari kesenangan untuk kepentingan sendiri.
3. Jangan menyesali apa yang telah Anda lakukan.
4. Jangan pernah cemburu.
5. Kekesalan dan keluhan adalah tidak pantas untuk dirimu sendiri atau orang lain.
6. Tidak usah persoalkan di mana Anda tinggal dan jangan mengejar makanan makanan lezat.
7. Dalam semua hal jangan terikat pada pilihan tertentu.
8. Jangan takut mati.
9. Hormati Buddha dan para dewa (tuhan) tanpa berharap bantuan mereka.

0 comments:
Post a Comment