Tuesday, 30 September 2025

Menjadi Benih Yang Terjatuh

Pada sebuah wawancara di TV nasional, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkata pada seorang wartawan,

“Di dalam sebuah buku tasawuf, dikatakan: idfin wujudaka fii ardhil khumul, kuburkan dirimu dalam bumi kekosongan. maksudnya apa sih? JANGAN ADA PAMRIH. Anggap yang sedang kau lakukan itu sebagai tugas. Jangan mengejar harta dan kuasa sehingga dengan begitu kita jadi tak punya beban apa-apa.“

Perkataan Gus Dur yang mengutip dari kitab Al-hikam karya Ibn Atthaillah As-Sakandari ini jelas membekas di hati saya. Sampai berhari-hari saya memikirkannya.

Versi lengkap dari hikmah yang dikutip Gus Dur itu adalah seperti ini;

Idfin wujûdaka fî ardhi al-humûl. Famâ nabata mimmâ lam yudfan lâ yatimmu natâ’ijuhu.” Tanamlah keberadaan dirimu di tanah yang rendah, tak dikenal dan kosong, sebab sesuatu yang tumbuh dari sesuatu yang tidak ditanam tidak akan sempurna buahnya. (Ibnu Atha`illah as-Sakandari, al-Hikâm, hikmah No. 11).

Alfatihah untuk Mbahdur dan Ibnu Atthaillah As-Sakandari.

Hikmah dari kitab Al-Hikam ini selaras dengan yang disampaikan oleh Sadhguru, seorang mistikus terkenal dari India,

"Ambil kasus sebiji benih, jika benih itu terus menerus menyelamatkan dirinya, kehidupan baru tak mungkin terjadi. Benih itu telah melewati perjuangan hebat, kehilangan apa yang ia yakini sebagai identitasnya, kehilangan keamanan dan integritasnya dan menjadi rapuh untuk tumbuh menjadi pohon rimbun dengan banyak cabang yang berlimpah bunga dan buah. Tanpa keterbukaan yang ikhlas terhadap transformasi, kehidupan tak akan tumbuh.” - Inner Engineering, Sadhguru Hal.77

Dari nasihat-nasihat yang diberikan oleh Gus Dur, Ibn Attaillah dan Sadhguru ini, akhirnya saya belajar, kalau kita hidup itu harus seperti pohon. Berawal dari benih yang tak masalah (dengan senang hati) membenamkan diri ke tanah. Semangatnya dia ingin berbuah. Ingin memberikan kesejukan. Ingin memberikan perlindung. Bukan, buahnya bukan untuk dirinya sendiri. Oksigennya pun bukan untuk dia sendiri. Dia semangatnya memberi. Tak apa kadang dilempari. 

Saya melihat kebesaran dan keberadaan tuhan melalui pohon. Bagaimana pohon lahir, tumbuh dan berkembang. Ajaib pohon itu, dia mampu "melawan hukum alam". Air yang alamiahnya mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, dalam tubuh pohon, air malah bergerak dari tanah ke atas. 

Sungguh, di kehidupan yang akan datang. Kalau misal saya mati dan terlahir kembali, boleh deh saya jadi pohon. Apel. :)

Share:

0 comments:

Post a Comment