Monday, 10 January 2022

Mau Jadi Pendekar? Ini Caranya

“Jika mau menjadi pendekar dalam hidup..” kata Mbah Nun, “beranilah melakukan apapun yang tidak kamu sukai, asalkan itu kebaikan. Karena itulah yang akan membangun karaktermu, akalmu dan hatimu.”

Dengan nada becanda, Mbah Nun menyebut jalan hidupnya sebagai tarekat wolak-walik, yakni pembiasaan dan perjuangan hidup yang tidak lazim di tengah kecenderungan arus utama.

Ilustrasinya seperti ini, “Bila ingin mahir mengendarai mobil, yang utama adalah belajarlah untuk memundurkan mobil itu terlebih dahulu, baru belajar melaju ke depan. Jika berlatih tinju, yang paling penting adalah mampu bertahan dari pukulan dulu, baru menyerang.”

“Dan akhirnya..” Kata Mbah Nun, “Jika ingin bahagia, belajarlah dulu menikmati penderitaan.”

Senada dengan yang dikatakan Mbah Nun, Dalam bukunya yang berjudul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, Mark Manson berkata, “Pernah kan anda memperhatikan bahwa kadang ketika anda kurang memedulikan sesuatu, anda justru mengerjakan hal itu dengan baik? Pernah kan anda memperhatikan bagaimana seringkali seseorang yang hanya iseng melakukan sesuatu malah sukses pada akhirnya? Pernah kan memperhatikan kadang ketika Anda terlalu fokus pada sesuatu semuanya justru berantakan?”

Hasrat untuk mengejak semakin banyak pengalaman positif sesugguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru menrupakan sebuah pengalaman positif. Inilah apa yang dulu pernah disebut oleh filsuf Alan Watts sebagai hukum kebalikan. “Begitu Anda nyaman dengan semua tahi yang dilemparkan oleh kehidupan pada Anda (percayalah, akan ada sangat banyak), maka Anda akan menjadi tak terkalahkan pada level spiritual yang paling dasar.“ kata Mark Manson.

Bahkan dalam bukunya yg berjudul Al Asbun Manfaatul Ngawur, Pidi Baiq menyampaikan:  

“Tetap melakukan sesuatu, tetapi dengan menekan dorongan keinginan dan meninggalkan harapan akan bisa mendapatkannya, supaya dengan begitu bisa membuatmu menjadi tenang di dalam melakukannya. Itulah yang disebut pesimis positif.”

Lao Tzu mengajarkan satu konsep yang ia sebut sebagai Hsu yaitu pelupaan diri/duduk perikelupaan atau kehampaan mistik atau fana (peniadaan diri). Seorang selalu merasa menderita karena ia merasa memiliki. Ajakannya, mari mulai meniadakan diri atau mengosongkan diri, dengan begitu masalah dan penderitaan pun ikut sirna. Jika kau tak punya diri, penderitaan apa yang kau miliki? Tak ada.

“Keberhasilan dan kegagalan, bahkan nyawa pribadi tidaklah penting, dengan pikiran seperti ini, perjalanan kita tidak akan menjadi berat.” Kata Tang Sanzang pada Wujing, Patkay dan Gokong saat masih bersama melakukan perjalanan ke Barat.

“Kosongkeun hate dina hayang jeung embung.” Kata Asep Sunandar melalui Ki Semar Badranaya. Selaras ya?

 ||-----------------||

Subang, 10 Januari 2021

Disarikan dari buku:

- Cinta, Kesehatan & Munajat Emha Ainun Nadjib karya dr.Ade Hasman.

- Al Asbun Manfaatul Ngawur, Pidi Baiq.

- Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, Mark Manson.  

Gambar pinjem dari unsplash.com. Thanks ya..

Share:

0 comments:

Post a Comment