Wednesday, 13 June 2018

Inilah Rahasia Kejayaan Umat Islam Terdahulu


Dalam satu kisah, tersebutlah bahwa balatentara Islam yang dipimpin oleh Amr bin Ash ra. siap menaklukan Mesir. Namun kala itu, perjalanan mereka terhalang oleh sebuah benteng kokoh yang konon dindingnya sulit dirobohkan karena itu adalah warisan zaman Babylon.

Ketika sedang berdiskusi tentang bagaimana melewati benteng yang menjulang itu, tiba tiba datanglah seorang utusan yang dikirim oleh Raja Mesir.  Utusan itu pun menyampaikan pesan yang isinya kurang lebih:

“Wahai Tuan Tuan yang gagah perkasa. Tidakkah Tuan ingat, bahwasanya dulu Bangsa Tuan adalah tanah jajahan Bangsa Rum? Negeri Mesir ini juga kini di bawah perlindungan Rum. Kalau Tuan Tuan teruskan memerangi kami, yakinkah Tuan akan memenangkannya? atau malah Tuan yang akan kalah dan masuk ke dalam penjara.”

“Maka dari itu,” Lanjut sang utusan, “Sebelum segalanya terlanjur, ada baiknya kita berembuk terlebih dahulu. Mohon untuk kirim utusan terbaik Tuan yang pandai bicara, agar kita menemukan jalan keluar yang win win solution.” Kurang lebih begitu yang disampaikan oleh utusan Raja Mesir.

Setelah utusannya bertemu dengan Amr bin Ash, Raja Mesir Mauqauqis dilanda gundah. Karena utusannya tersebut tak kunjung kembali ke istana. Apakah dia dibunuh oleh tentara muslim? Tak bisa tidur raja Mesir dibuatnya.

Namun setelah dua hari berselang, utusan itupun kembali ke istana dengan keadaan sehat walafiat.

Dengan penuh riang gembira Mauqauqis menyambutnya. “Bagaimana keadaan balatentara Islam itu menurut pandanganmu?” Tanya Mauqauqis.

Sambil menerawang, utusan tersebut pun menjawab dengan penuh keyakinan,”Wahai Tuan, kaum Muslimin yang kemarin saya temui adalah kaum yang lebih suka menghadapi maut daripada menghadapi hayat. Mereka adalah orang orang yang rendah hati, tak ada kesombongan sedikitpun pada diri mereka. Mereka memeliharaku dengan baik.

“Ketika berkumpul,” Lanjut sang utusan, “Mereka duduk sama rata di tanah, dan makan pun sambil bersila. Pakaian, makanan maupun fasilitas pemimpin mereka tak ada beda dengan pasukannya, sehingga saya tak mampu membedakan mana pimpinan mana bawahan. Mereka tidak ada yang terperdaya oleh dunia dan isinya

“Selain itu,” Kata sang utusan,”Mereka memiliki ritual ibadah yang aneh, Tuan. Mula mula mereka basuh tiap-tiap ujung anggota tubuh mereka dengan air, dan kemudian mereka berdiri sembahyang dengan amat khusyu’nya.”

Tanpa mampu menyembunyikan rasa kagetnya, Mauqauqis pun berkata, “Demi Tuhan, berhati hatilah kalian dengan kaum muslimin, sesungguhnya kaum yang demikian itu, walau dihalangi oleh gunung sekalipun, semangat juang mereka tak akan pudar. Tidak ada bangsa yang sanggup berhadapan dengan kaum yang begitu.”

Bersambung…

Ditulis di Subang, 13 Juni 2018 – bertepatan dengan 28 Ramadhan.

Kisah ini disarikan dari buku Tasawuf Modern karya Prof. Dr. Hamka
  

Share:

0 comments:

Post a Comment