Dibukunya yang berjudul Tasawuf
Modern, Buya Hamka berkata kalau sifat Qanaah itu tergambar dari diri yang
selalu kenyang dengan apa yang ada, tidak terlalu loba dan pencemburu, bukan
orang yang meminta lebih terus terusan. Karena kalau meminta tambah, tandanya
masih miskin.
Buya menambahkan, “Barangsiapa
yang telah memperoleh rezeki, dan rezeki itu cukup untuk dimakan sesuap pagi
dan sesuap petang, hendaklah tenangkan hati, jangan merasa ragu dan sepi.”
Kita harus mampu membedakan
antara sifat qanaah dan sifat malas. Menurut Buya, Setiap manusia harus mencari
nafkah untuk diri dan keluarganya. Bekerjalah, karena manusia dikirim ke dunia
untuk bekerja, tetapi tenangkan hati, karena dalam pekerjaan itu ada kalah dan
ada menang.
“Tuan bekerja itu bukan lantaran
memandang harta,” Kata Buya, “Tapi karena orang hidup itu tak boleh
mengganggur.”
Ada satu riwayat yang patut kita
renungkan. Rasulullah SAW, pada suatu hari didatangi oleh Malaikat Jibril yang
hendak menyampaikan pertanyaan dari Allah Ta’ala.
Jibril bertanya, “Wahai rasul,
manakah yang lebih engkau suka, menjadi nabi yang kaya raya sebagaimana
Sulaiman, atau menjadi nabi yang miskin sebagaimana Nabi Ayyub.
Dengan tenang dan penuh keyakinan
Rasulullah menjawab, bahwa beliau lebih suka makan sehari dan lapar sehari.
Jibril penasaran, “Mengapa begitu?”
Rasulullah menjawab, “Di waktu
kenyang saya bersyukur kepada Allah, dan disaat lapar saya akan meminta ampun
kepada-Nya.”
Subhanallah.
Sekian ulasan pendek ini. Tulisan
diatas, tak lain dan tak bukan adalah untuk menasehati diri saya sendiri. #salim
Subang, 14 Juni 2018

0 comments:
Post a Comment