Wednesday, 10 January 2018

Mabok Quotes



Instagram sedang booming.

Warganet atau netizen (terutama yang biasa disebut kids zaman now) beramai ramai migrasi ke media sosial yang menjadikan sharing foto sebagai andalannya itu.

Tiap orang menjadi amat rajin menggunggah segala aktivitasnya. Uniknya, tak hanya fotonya saja yang kita retouch, tapi kata-kata/caption nya pun kita ukir semenarik mungkin supaya kesannya semakin menyentuh dan memperkuat apa yang kita ingin sampaikan.
Imbasnya, sebelum mengunggah foto ke Instagram, biasanya kita searching dulu tentang quotes atau kutipan dari tokoh2 terkenal. Tujuannya adalah mencari inspirasi.

Plek. Foto kita yang sedang nyengir pun jadi memiliki makna dalam karena diiringi oleh kutipan miliknya Aristoteles, Bruce Lee, Charlie Chaplin ataupun Bunda Dorce Gamalama.

Saya kembali merenungkan fenomena ini. Disatu sisi kita jadi kaya akan kutipan. Banyak yang mendadak nyastra (ahli sastra) dan menjadi bijak bestari.

Tapi negatifnya, kita tak tahu apakah quotes itu cocok untuk kita?

Kita (terutama saya), cenderung mencari atau membaca quotes yang cocok dengan suasana hati saya saat itu.

Berpuluh puluh tahun yang lalu, Syekh Muhammad al-Ghazali sepertinya sudah memprediksi, kalau kebanyakan kita akan terkena sindrome mabok quotes.

Beliau berpesan, kalau untuk menyampaikan nasihat itu harus sama ahlinya dan musti berhati hati juga.

Menurut Syekh Al-Ghazali, “kata “pelan-pelan!” sungguh cocok kiranya bila disampaikan kepada supir yang tergesa-gesa dan ugal-ugalan dalam mengendarai kendaraannnya.

Namun, hal ini bisa jadi candaan yang buruk bila disampaikan kepada pejalan yang lamban ataupun kepada orang yang hidupnya hanya bermain-main dan bermalas malasan saja.

Orang orang Amerika yang mayoritas haus akan ambisi dunia, yang akan berputus asa ketika ditimpa kegagalan dan berjingkrak jingkrak saat meraih sukses, semestinya cocok dengan quotes ataupun hikmah yang bernada meredakan atau sejuk.

“Tapi untuk orang Timur,” Syekh Al-Ghazali menambahkan, “yang lemah, lambat dan tidak bergairah, jelas sangat membutuhkan pernyataan lain yang lebih pas, lebih berdampak, dan lebih membangkitkan semangat.

“Sayangnya, berbagai belahan dunia islam, sudah dipenuhi kedua kelompok yang berbeda tersebut. Diantara mereka ada yang menerima ungkapan: “Bekerja keraslah agar kau bisa hidup.” dan ada pula yang menerima ungkapan “Istirahatlah agar engkau bisa menikmati hidup.”

Jangan memberikan quotes tentang istirahat, slow but sure, keep calm, dsb. kepada para pemalas.

Untuk mereka yang hanya duduk, leyeh leyeh sambil ngupil dan menanti “takdir”, harus dipukul (dengan nama Allah) agar segera bangkit berdiri dan bekerja dengan penuh semangat.

Salah obat bila hobi nya malas malasan, tapi quotesnya berbunyi, “No problem, keep calm and sleep again.


Makna ini saya tangkap dari Buku Segarkan Hidupmu karya Syekh Muhammad al-Ghazali yang diterbitkan di Indonesia oleh Penerbit Zaman.
Share:

0 comments:

Post a Comment