Kemarin,
tepatnya hari minggu tanggal 16 Juli 2017, saya mengikuti satu event gowes,
yang sebenarnya, tak direncanakan sama sekali.
Iya,
semuanya serba dadakan.
Awalnya
saya yang hanya berencana gowes santai keliling kota bareng si Andrew dan si
Fajar, setibanya di alun alun Subang, melihat banyak kerumunan orang orang
bersepeda. Mau pada kemana nih?
Ternyata,
para goweser ini sedang berencana akan melakukan touring ke daerah Aul,
Cimenteng Subang. Untuk orang Subang, pasti sudah tau, betapa jauhnya ini
tempat kalau ditempuh dari daerah Subang kota. Rute yang kami ambil adalah dari
alun alun subang, masuk jalur nanjak cimereta, dan kemudian masuk jalur hutan.
Yang
selalu menarik untuk saya, dalam event seperti ini, kita semua bak disatukan
oleh sepeda. Tua muda, semuanya ngegowes. kita semua sama. Yang awalnya tak
kenal, jadi kenal. pedal telah menyambung tali silaturahim kami.
Bahkan kali ini gowesnya lintas generasi. Di mulai dari anak muda berumur 13 tahun, hingga para sesepuh goweser subang, yang setelah saya tanya, umurnya 50 tahunan keatas.
Abah
Wahyu namanya. Saat mulai masuk hutan dan mulai menanjak ekstrim, saya gowes
berbarengan dengannya. Rona mukanya ramah. sering tersenyum, bahkan kerap
melempar joke, sehingga suasana gowes, yang sebenarnya melelahkan, menjadi
terasa lebih ringan karena selalu diselingi oleh gelak tawa.
"Ayeuna
yuswa tos sabaraha tahun, Yi?" dia bertanya pada saya. Sambil rehat
sejenak, di pinggir sawah, di bawah sebuah pohon besar. ((Sekarang umur berapa,
De?))
"Kirang
langkung 28 tahun, Bah." Jawab saya.
"Eehm..
anom keneh atuhnya. Seger keneh. Abah mah ayeuna tos 68 tahun." Jawab nya.
Saya
terperanjat. Berarti umurnya beda 40 tahun dengan saya. dalam hati, memang sih
beliau sudah tua, tapi saya tak menyangka umurnya sudah berkepala 6. Bahkan
menjelang 7. Gokil.
"Luar
biasa Bah, Bahkan dalam hal gowes, stamina Abah bisa menandingi bahkan melebihi
kami yang masih muda. rahasianya apa?" Saya penasaran. di kejauhan, nampak
si Andrew mulai menyusul kami. Kasian teman saya yang satu ini, dia tertinggal.
Lapar katanya, tadi mampir dulu beli lontong.
Si
Abah pun mulai bercerita tentang hidupnya.
"Sebenarnya
Abah asli Bandung, Yi. Abah dulu kerja di perusahaan swasta yang memproduksi
alat alat listrik. Abah pensiun dari pekerjaan sekitar tahun 83." Saya
kembali membayangkan betapa jauhnya rentang umur kami. wong saya diproduksi
saja baru tahun 1988.
"Da
ari umur mah, tos aya nu ngaturnya. Mung kan tetep, kita teh harus berusaha
melakukan yang terbaik. Itu bukti kita bersyukur atas pemberian-Nya. Tujuan
kita olahraga seperti ini kan untuk menjaga kondisi tubuh. Perihal kita umurnya
mau sampai berapa, dengan berolahraga, inshaa Allah tubuh jadi sehat dan kuat,
pikiran lebih tenang, dan kita pun bisa lebih menikmati hidup."
"Selain
membahagiakan diri sendiri, olahraga juga bisa membahagiakan orang orang yang
kita sayangi." Tambahnya.
"Lho,
ko bisa, Bah? Maksudnya gimana?" Saya penasaran.
"Janten
kieu. Selain gowes seperti ini, saleresna Abah mah sok rutin hiking ka Gunung.
Lembang, Jayagiri, dan tangkuban parahu mah tos makanan abah tiap minggu.
tujuanna naon abah kikituan? hoyong sehat, Yi. Hoyong hidup lebih bermakna. Kan
pami sehat mah, kita bisa mencari nafkah dengan semangat. kita tak sakit
sakitan, yang berimbas bikin susah dan bikin pusing keluarga. Alhamdulillah,
tos kabukti ku Abah. dugi umur 68, abah mah jarang musingkeun nu di bumi."
Si Abah pun menjelaskan dengan panjang (tidak pakai lebar).
Saya
manggut manggut. saya pun mencium tangannya. Ini ilmu, gumam saya dalam hati.
Ternyata
istilah "tubuh rapuh dimakan oleh usia" yang selama ini saya dengar,
tak 100% benar. Age is just a number. Yang benar adalah, "tubuh rusak
karena pola hidup." karena pola makan, dan pola pikir yang salah.
Dari
cerita Abah Wahyu, saya makin yakin dengan konsep kebiasaan atau habit. :)
Setiap orang akan menuai apa yang biasa atau rutin dilakukannya.
Habis bercerita, kita pun lanjut gowes lagi. Kita berhasil menyusul rombongan depan yang dipimpin oleh Kang Nanan Aloez.
"Eh,
si Abah akhirnya nyusul juga. Semangat Bah." Kata kang Nanan memotivasi.
"Siap,
Nan!" Jawab Si Abah.
"Bah.."
Kata Si Kang Nanan, sambil nyengir. "Ke pami Abah Ka Surga ti payun, tong
hilap ka Nanannya, bisi nanti Nanan masih bersusah payah keneh di jembatan, tolong
ku abah dijemput. Bantuan Nanan yang masih dalam perjuangan."
Mendengar
gurauan seperti itu, kita semua tergelak. Bah Wahyu pun tak nampak tersinggung.
Dia malah ikut tertawa.
"Enya
Naan, kumaha didinya weh ah." Jawabnya sambil tersenyum, sambil tak henti
mengayuh sepedanya.
Perkataan
abah wahyu sungguh sangat memotivasi saya untuk selalu merutinkan olahraga.
Saya ingin lebih menikmati hidup. Saya juga ingin membahagiakan orang orang di
rumah.
Hatur
nuhun pisah, Bah. Mugia panjang yuswa. Semoga kita berjumpa lagi. :(
Abah Wahyu yang sebelah kanan. Sedangkan yang kiri adalah Pak Haji Agus. beliau juga tak sembarangan. Di usia senjanya, beliau pernah gowes dari Subang ke Pangandaran. Membayangkannya saja saya sudah capek. :(
--
Ditulis
di rumah, dengan tangan dan kaki yang masih nderegdeg akibat gowes kemarin. :D








0 comments:
Post a Comment