Tuesday, 29 September 2015

Inilah 3 Cara Ampuh Dapatkan Tubuh Ideal

Beberapa bulan ke belakang ini, saya memang lagi keranjingan olahraga. Bagaimana bisa, saya yang dulu berpikiran kalau olahraga tak penting, kini telah menjadikan aktivitas ini menjadi kegiatan rutin yang wajib dilakukan tiap hari.

Bukan wajib sih. Kalau ada kata wajib, kesannya kan terpaksa ya? Lebih ke butuh barangkali. Dan karena saya suka, tentu saja.

Dulu saya pikir, buat apa olahraga, toh badan atletis tak akan dibawa mati. Buat apa badan kekar tapi otak nol besar? Malah ada pikiran yang lebih menjerumuskan seperti, “Iya, olahraga memang bikin sehat, tapi kan umur manusia siapa yang tahu? Mau yang sehat, mau yang sakit-sakitan, endingnya sama aja… mati.”


Cara pikir seperti itulah yang saya pelihara. Imbasnya, gaya hidup tak sehatpun terjadi tiap hari. Karena terjadi berulang-ulang, maka terbentuklah karakter. Memang saya tak merokok dan minum minuman keras. Begadang pun jarang. Hidup saya normal normal saja. Iya normal, seperti: kuliah, main, makan makan, tidur, maen game, ngapelin pacar, ngoprek motor, dll.

Dari list diatas, olahraga tak masuk dalam rutinitas saya. Dalam benak saya saat itu,  otak lebih baik daripada fisik. Belagunya saya, sempat terbersit pikiran kalau mahasiswa itu yang penting kuat otaknya. Fisik mah nomor sekiaaan. Akhirnya berat badan mun menggelembung. Saya gemuk.
Iya, saya jadi pemuda berkacamata dengan berat badan diatas rata-rata.

Padahal kalau direnungkan, otak sama fisik sama sama important. Kayak software dan hardwarenya komputer. Coba kalian terka, hardware dan software pentingan mana? :))

Kebiasan buruk ini (hidup tanpa olahraga rutin) terus terbawa hingga ke dunia profesional. Saat itu saya kerja di Bandung, sebagai tenaga pemasar, di salah satu Bank Syariah.

Singkat cerita, sehabis jumatan, senior saya dikantor (Kang Isan) mengajak donor darah yang waktu itu diadakan di masjid Salman ITB.

“Den, udah pernah donor darah belum?”

Saya diam. Sepertinya Kang Isan tau saya alergi jarum.

Dengan semangat, beliau pun mengajak,

“Hayu, Den. Meungpeung ngora. Menurut penelitian, donor darah itu bagus untuk kesehatan. Selain itu, kita juga beramal, setetes darah kita bisa menyelematkan nyawa orang lain.”

Meungpeung itu artinya mumpung,kawan. Sedangkan ngora, artinya muda. Itu bahasa sunda.

Entah karena habis jumatan, tiba tiba saja jiwa Kang Isan jadi lemah lembut dan penyayang begini. 

Eh tapi ngga deng, pada dasarnya juga beliau orang baik. Hehe..

“Iya sok atuh kang.Tapi Akang duluan.” Pinta saya, masih ragu.

Sambil menyingsingkan lengan baju, senyum tersungging di bibir, Kang Isan pun berkata, “Okeh, 

Den. Tingalikeun yeuh sayah.”

Berangkatlah dia duluan ke medan laga.

Ternyata, sebelum proses penyumbangan darah, kita (calon pendonor) harus diperiksa terlebih dahulu.

“Beres Den! Saya dinyatakan sehat, dan bisa mendonorkan darah.”

Setelah Kang Isan, ada beberapa orang yang tak jadi mendonorkan darah karena dinyatakan tak lolos uji kesehatan.

Tibalah giliran saya. Deg-degan. Kini yang ditakutkan bukan proses donor darahnya, tapi saya takut gak lulus uji kelayakan dan dinyatakan tak sehat. Bisa habis saya di bully sama Kang Isan. Kalau itu terjadi, runtuh lah sudah nama baik yang saya bangun selama ini.

Oleh seorang petugas kesehatan, salah satu jari saya ditusuk oleh jarum kecil. Setitik darah keluar dari bekas tusukan tersebut. Saya meringis. Gak sakit sih sebenarnya, saya nya aja yang berlebihan.

Setelah darah keluar, petugas kesehatan tersebut kemudian menempelkannya pada sebuah kaca kecil. 

Nah, darah yang menempel dikaca itulah yang kemudian diteliti menggunakan alat yang entahlah apa itu namanya.

Setelah menunggu sekian menit, Si Bapak petugas kesehatan itupun bicara pada saya,

“Darahnya kental sekali ini. Jarang olahraga ya A?”

Jeger.

Bagai disambar Damri, hati saya ngilu.

“Iya Pak. Kok tau sih saya jarang olahraga? Keliatan ya itu di darahnya.” Tanya saya, pura pura bego.

“Betul, A. kalau kekentalan darahnya sudah sampai level ini, berarti Aa jarang pisan olahraga. Ini gak baik loh A. Ini tandanya tubuh kurang digerakan. Kalau terus berlarut-larut, bisa menyebabkan penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes atau yang paling parah… serangan jantung.”

Edan. Untuk kedua kalinya, saya kembali serasa ditabrak Damri.

Dari hasil pemeriksaan itu, saya dan kang isan akhirnya memang bisa donor darah. Tapi tetap saja, kata kata si bapak itu terus terngiang hingga saya pulang.

Disitulah saya serasa mendapatkan hidayah. Setelah saya baca baca lagi,ternyata Nabi pun menyuruh umatnya untuk giat berolahraga. Agar tak mudah sakit dan terhindarkan dari sifat malas malasan.

Besoknya, saya pun berniat, untuk merutinkan lagi olahraga. Saya tak butuh badan atletis. Saya tak butuh perut kotak-kotak. Saya tak ingin jadi atlet. Yang saya butuhkan adalah olahraganya.

Yang saya inginkan adalah mengerakan badannya. Badan atletis, perut kotak kotak, mendapatkan mendali olahraga, itu semua hanya bonus, bukan tujuan utama. :)

Kembali lah berolahraga, Kawan. Seperti masa kecil kita dulu. Selain menyehatkan tubuh, ternyata olahraga juga baik untuk otak. Tak perlu lama lama, sehari minimal 30 menit pun udah cukup. 

Bohong kalau kalian bilang tak punya waktu!
Selain itu, olahraga juga bagus untuk ketahanan mental, karena saat olahraga, tubuh menghasilkan hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa senang dan damai pada pikiran.

Tips dari saya, memulai olahraga (apalagi angkat beban), awalnya memang berat. Tapi bila kau paksa tubuhmu untuk memulainya, kau akan sulit untuk berhenti! :))

Kalau ingin menurunkan berat badan, tak perlu lah itu minum suplemen dan susu susu pelangsing yang sering muncul di tv. Simple saja, primitif memang, untuk dapat tubuh ideal itu caranya Cuma 3,

1.      Perbanyak olahraga (terutama angkat beban)

2.      Kurangi makan (Bisa ikut OCD-nya om @Corbuzier. Belajarlah hidup lapar. Lapar itu baik)

3.      Perbanyak minum air putih.   

Ingat, bukan sixpacknya yang kita butuhkan. Itumah bonus. Yang kita perlukan jelasss, tubuh sehatnya. Karena sebaik-baiknya kekayaan, adalah tubuh yang sehat.
Betul ngga? :)


---
Subang, 27 September 2015


Ditulis oleh Deden Hanafi. Di rumahnya yang berbentuk kotak, Sambil mengolesi balsam pada kakinya yang terkilir gara gara salah posisi saat leg exercise. Haha.. Gak apa-apa. No pain, no gain!
Share:

0 comments:

Post a Comment