Beberapa bulan ke belakang
ini, saya memang lagi keranjingan olahraga. Bagaimana bisa, saya yang dulu
berpikiran kalau olahraga tak penting, kini telah menjadikan aktivitas ini
menjadi kegiatan rutin yang wajib
dilakukan tiap hari.
Bukan wajib sih. Kalau ada kata wajib,
kesannya kan terpaksa ya? Lebih ke butuh
barangkali. Dan karena saya suka,
tentu saja.
Dulu saya pikir, buat apa
olahraga, toh badan atletis tak akan dibawa mati. Buat apa badan kekar tapi
otak nol besar? Malah ada pikiran yang lebih menjerumuskan seperti, “Iya,
olahraga memang bikin sehat, tapi kan umur manusia siapa yang tahu? Mau yang
sehat, mau yang sakit-sakitan, endingnya sama aja… mati.”
Cara pikir seperti itulah
yang saya pelihara. Imbasnya, gaya hidup tak sehatpun terjadi tiap hari. Karena
terjadi berulang-ulang, maka terbentuklah karakter. Memang saya tak merokok dan
minum minuman keras. Begadang pun jarang. Hidup saya normal normal saja. Iya
normal, seperti: kuliah, main, makan makan, tidur, maen game, ngapelin pacar,
ngoprek motor, dll.
Dari list diatas, olahraga
tak masuk dalam rutinitas saya. Dalam benak saya saat itu, otak lebih baik daripada fisik. Belagunya saya, sempat terbersit pikiran kalau mahasiswa itu yang penting kuat
otaknya. Fisik mah nomor sekiaaan. Akhirnya berat badan mun menggelembung. Saya
gemuk.
Iya, saya jadi pemuda
berkacamata dengan berat badan diatas rata-rata.
Padahal kalau direnungkan, otak sama fisik sama sama important. Kayak software dan hardwarenya komputer. Coba kalian terka, hardware dan software pentingan mana? :))
Kebiasan buruk ini (hidup
tanpa olahraga rutin) terus terbawa hingga ke dunia profesional. Saat itu saya
kerja di Bandung, sebagai tenaga pemasar, di salah satu Bank Syariah.
Singkat cerita, sehabis
jumatan, senior saya dikantor (Kang Isan) mengajak donor darah yang waktu itu
diadakan di masjid Salman ITB.
“Den, udah pernah donor
darah belum?”
Saya diam. Sepertinya Kang
Isan tau saya alergi jarum.
Dengan semangat, beliau pun
mengajak,
“Hayu, Den. Meungpeung
ngora. Menurut penelitian, donor darah itu bagus untuk kesehatan. Selain itu,
kita juga beramal, setetes darah kita bisa menyelematkan nyawa orang lain.”
Meungpeung itu artinya
mumpung,kawan. Sedangkan ngora, artinya muda. Itu bahasa sunda.
Entah karena habis jumatan,
tiba tiba saja jiwa Kang Isan jadi lemah lembut dan penyayang begini.
Eh tapi
ngga deng, pada dasarnya juga beliau orang baik. Hehe..
“Iya sok atuh kang.Tapi Akang
duluan.” Pinta saya, masih ragu.
Sambil menyingsingkan lengan
baju, senyum tersungging di bibir, Kang Isan pun berkata, “Okeh,
Den.
Tingalikeun yeuh sayah.”
Berangkatlah dia duluan ke
medan laga.
Ternyata, sebelum proses
penyumbangan darah, kita (calon pendonor) harus diperiksa terlebih dahulu.
“Beres Den! Saya dinyatakan
sehat, dan bisa mendonorkan darah.”
Setelah Kang Isan, ada
beberapa orang yang tak jadi mendonorkan darah karena dinyatakan tak lolos uji
kesehatan.
Tibalah giliran saya.
Deg-degan. Kini yang ditakutkan bukan proses donor darahnya, tapi saya takut
gak lulus uji kelayakan dan dinyatakan tak sehat. Bisa habis saya di bully sama
Kang Isan. Kalau itu terjadi, runtuh lah sudah nama baik yang saya bangun
selama ini.
Oleh seorang petugas
kesehatan, salah satu jari saya ditusuk oleh jarum kecil. Setitik darah keluar
dari bekas tusukan tersebut. Saya meringis. Gak sakit sih sebenarnya, saya nya
aja yang berlebihan.
Setelah darah keluar,
petugas kesehatan tersebut kemudian menempelkannya pada sebuah kaca kecil.
Nah,
darah yang menempel dikaca itulah yang kemudian diteliti menggunakan alat yang
entahlah apa itu namanya.
Setelah menunggu sekian
menit, Si Bapak petugas kesehatan itupun bicara pada saya,
“Darahnya kental sekali ini.
Jarang olahraga ya A?”
Jeger.
Bagai disambar Damri, hati
saya ngilu.
“Iya Pak. Kok tau sih saya
jarang olahraga? Keliatan ya itu di darahnya.” Tanya saya, pura pura bego.
“Betul, A. kalau kekentalan
darahnya sudah sampai level ini, berarti Aa jarang pisan olahraga. Ini gak baik
loh A. Ini tandanya tubuh kurang digerakan. Kalau terus berlarut-larut, bisa
menyebabkan penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes atau yang paling
parah… serangan jantung.”
Edan. Untuk kedua kalinya, saya
kembali serasa ditabrak Damri.
Dari hasil pemeriksaan itu,
saya dan kang isan akhirnya memang bisa donor darah. Tapi tetap saja, kata kata
si bapak itu terus terngiang hingga saya pulang.
Disitulah saya serasa
mendapatkan hidayah. Setelah saya baca baca lagi,ternyata Nabi pun menyuruh
umatnya untuk giat berolahraga. Agar tak mudah sakit dan terhindarkan dari
sifat malas malasan.
Besoknya, saya pun berniat,
untuk merutinkan lagi olahraga. Saya tak butuh badan atletis. Saya tak butuh
perut kotak-kotak. Saya tak ingin jadi atlet. Yang saya butuhkan adalah
olahraganya.
Yang saya inginkan adalah
mengerakan badannya. Badan atletis, perut kotak kotak, mendapatkan mendali
olahraga, itu semua hanya bonus, bukan tujuan utama. :)
Kembali lah berolahraga,
Kawan. Seperti masa kecil kita dulu. Selain menyehatkan tubuh, ternyata
olahraga juga baik untuk otak. Tak perlu lama lama, sehari minimal 30 menit pun
udah cukup.
Bohong kalau kalian bilang tak punya waktu!
Selain itu, olahraga juga
bagus untuk ketahanan mental, karena saat olahraga, tubuh menghasilkan hormon
endorphin yang berfungsi memberikan rasa senang dan damai pada pikiran.
Tips dari saya, memulai
olahraga (apalagi angkat beban), awalnya memang berat. Tapi bila kau paksa
tubuhmu untuk memulainya, kau akan sulit untuk berhenti! :))
Kalau ingin menurunkan berat
badan, tak perlu lah itu minum suplemen dan susu susu pelangsing yang sering
muncul di tv. Simple saja, primitif memang, untuk dapat tubuh ideal itu caranya
Cuma 3,
1. Perbanyak olahraga (terutama angkat beban)
2. Kurangi makan (Bisa ikut OCD-nya om
@Corbuzier. Belajarlah hidup lapar. Lapar itu baik)
3. Perbanyak minum air putih.
Ingat, bukan sixpacknya yang
kita butuhkan. Itumah bonus. Yang kita perlukan jelasss, tubuh sehatnya. Karena
sebaik-baiknya kekayaan, adalah tubuh yang sehat.
Betul ngga? :)
---
Subang, 27 September 2015
Ditulis oleh Deden Hanafi.
Di rumahnya yang berbentuk kotak, Sambil mengolesi balsam pada kakinya yang
terkilir gara gara salah posisi saat leg
exercise. Haha.. Gak apa-apa. No pain, no gain!

0 comments:
Post a Comment