Tuesday, 2 July 2024

Tadah Pradah Ora Wegah

Dari semua karakter pewayangan, yang paling saya kagumi adalah Semar. Dia itu prinsip hidupnya Tadah, Pradah lan Ora Wegah." Begitu kata Mbah Tejo.

Maksudnya apa?

Tadah berarti sikap hati yang menerima. Ridho/senang terhadap situasi yang sedang dihadapi. Gelemi kahanan. Apapun yang terjadi, iyakan dulu. Mengiyakan hidup. Tiada penolakan dan keluh kesah. Orang yang sudah memiliki sikap tadah, tak ada doa lain yang terucap dari mulutnya kecuali, "Terima kasih alhamdulillah."

"Terima semua hal sebagaimana adanya." Miyamoto Musashi 

Pradah artinya ikhlas. Mau repot. Siap capek dalam menyumbang tenaga, harta dan pikiran untuk kebaikan sesama. Dengan potensi yang dimilikinya, berusaha untuk melakukan yang terbaik, meskipun itu repot. meskipun bikin capek. meskipun menyebabkan kehilangan. 

Ora wegah artinya tidak malas. ndak segan. tidak menunda-nunda. tidak milih-milih ketika melakukan suatu kebaikan. Hidupnya nggak dihabiskan hanya untuk rebahan. Berapa pun upah yang diberikan, ia akan melakukannya dengan senang & sepenuh hati. Mau dibayar 100ribu atau satu juta, effort nya sama.

"Saiki, kene, ngene aku gelem." Ki Ageng Suryomentaram 

Kata Mbah Semar, "Barangsiapa yang tadah pradah ora wegah, bisa kaya bisa tidak, tapi ketika butuh, duit itu ada."

Mbah Sujiwo Tejo menambahkan, "Semar itu ku kagumi karena dalam dirinya ada karakter unik. Ia dewasa, sekaligus kanak-kanak. Dewasa karena sifatnya hati-hati dan penuh perhitungan, tapi juga memiliki sifat kanak-kanak yang berani, gak pusing akan resiko serta bicaranya polos ceplas ceplos. Hal ini ditandai dengan kepalanya yang berkuncung.

Saat satu dunia membagi perasaan antara tragedi dan komedi, Mbah semar menggabungkan keduanya dengan rasa yang sama; "Berkah dan musibah sama saja."

Ini mirip seperti yang disampaikan Sayyidina Umar Bin Khattab, "Aku tak peduli dengan keadaan susah atau senangku, karena aku tak tahu mana dari keduanya yang baik untukku."

Dan akhirnya saya mengerti, kenapa Semar menjadi sosok paling kuat di dunia pewayangan, ternyata karena keikhlasannya yang luar biasa dalam mengarungi kehidupan. 

-----------------

Ditulis di Karawang, 2 Juli 2024. Di kantor, sehabis isoma. 

Disarikan dari ceramahnya dr. Fahruddin Faiz dan Tulisannya Mbah Sujiwo Tejo. 

Share:

0 comments:

Post a Comment