Ciri ciri orang yang bertakwa, menurut Syekh Nawawi, mereka adalah yang lebih memilih "kematian" dibanding kehidupan. Istilah mati sak jeroning urip ini, sering kita dengar dalam ajaran ajaran para sufi. Memilih kematian itu bukan berarti kita tidak bekerja, tidak berikhtiar, tidak juga bunuh diri.
Menurut Syekh Nawawi, mati sak jeroning urip ini terbagii dalam 4 kategori;
- Mautun Akhmar (Kematian Merah) –
Pilihlah kematian dengan cara menentang hawa nafsu. Kalau nafsu meminta
ke atas, jalanlah ke bawah. Nafsu itu kan yang mendorong manusia ke arah
kejelekan. Maka taklukan nafsumu dengan mautun akhmar. Kalau nafsu
minta ‘A’, jangan dituruti, beri saja kebalikannya.
- Mautun Abiyat (Kematian Putih) – Pilihlah Lapar. Lapar itu membuat batin jernih. Kebalikannya, kenyang. Kalau Kenyang membuat orang terlena, kurang daya untuk melakukan kebaikan. Tapi kalau orang lapar, batinnya jernih dan bercahaya.
- Mautun Akhdor (Kematian Hijau) – Kalau ini menempuh jalan hidup dengan kesederhanaan, simbolnya pakaian. Tidak bermewah mewahan. Sederhana dalam menjalani hidup.
- Mautun Aswad (Kematian hitam) – Tidak merasakan penderitaan yang datangnya dari makhluk karena dia hanya ingat Allah saja. Hidupnya diwarnai oleh Allah saja. Dunia sudah tidak penting. Segala penderitaan, segala kesulitan duniawi tidak membuatnya gentar. Orang semacam ini termasuk kategori orang yang bertakwa, karena memilih ‘kematian’ dibanding kehidupan. Ini seperti munajatnya Kanjeng Nabi setelah dikejar-kejar, dilempari batu sampai berdarah-darah di kota Thoif, yang kemudian Nabi bersabda: “Inlamtakun ghodiban allaya ya Allah, fala ubali.” asal Engkau tidak marah padaku ya Allah, aku tidak peduli.
Kalau dalam kisah pewayangan, 4 warna ini digambarkan ke dalam sosok saudara-saudara Bima, murid murid-nya Batara Bayu: Merah (Ditya Jajakwreka), Hijau (Gajah Setubanda), Putih (Anoman) dan yang terakhir, Hitam (Resi Maenaka). Bima memiliki nama lain Arya Brata, yang artinya tahan terhadap penderitaan. Kisahnya bisa teman-teman baca DISINI.
||-----------------||
Subang, 12 Januari 2022. Disarikan dari ceramahnya Dr.Fahruddin Faiz
0 comments:
Post a Comment