Mungkin postingan ini agak telat. Bukan ‘agak’ lagi, tapi sudah ‘terlalu’ telat malah. Tapi tak apa, daripada makna yang saya dapat dari buku 5 cm menguap begitu saja, kan lebih baik saya tuliskan di sini.
Jujur, awalnya saya tak tertarik dengan buku 5cm karya Donny
Dhirgantoro ini. Saat orang-orang mulai booming membicarakannya di Twitter dan
Facebook, akhirnya saya baru ngeh, kalau buku bercover hitam ini harus dan perlu saya baca.
Iya, saya korban mainstream kali ini.Tapi tak mengapa, ini mainstream positif.
Setelah saya baca sampai habis, ternyata novel yang diangkat dari kisah nyata ini mampu mencerahkan saya. Daripada buku motivasi, saya malah lebih tergugah dan dibuat merenung oleh karya seperti ini. Lebih real, dan tak ada kesan menggurui.
Setelah saya baca sampai habis, ternyata novel yang diangkat dari kisah nyata ini mampu mencerahkan saya. Daripada buku motivasi, saya malah lebih tergugah dan dibuat merenung oleh karya seperti ini. Lebih real, dan tak ada kesan menggurui.
Perihal ceirtanya novelnya, mungkin tak perlu saya ceritakan di
sini ya. Toh, kawan-kawan juga sudah tahu sendiri kisahnya seperti apa.
Apalagi novel yang bercerita tentang pendakian Semeru ini sampai di film
kan juga.
Ada beberapa kata Donny Dhirgantoro yang hingga saat ini
mampu membuat saya semangat menjalani hidup. Terutama, menjalani profesi yang
sekarang.
Seperti percakapan antara Ian dengan dosen pembimbing skripsinya, Bapak
Sukonto Legowo, yang saya kutip dibawah ini:
“Ian.. Bapak.. minta... kamu... jangan...
percaya... sama.. hoki.” Sebelum meneruskan bicaranya, sang dosen menarik napas
dan menatap Ian tajam,
“Mas Fajar ada di
situ, sore itu, bukan karena kamu hoki, tapi karena kerja keras kamu selama ini
yang telah kamu tanam dengan terus tekun dan pantang menyerah dalam menjalankanya.”
“Apa yang kamu
kerjakan itu akhirnya menumpuk dan menunggu untuk dibalas. Ketegaran kamu,
ketikan kamu yang berjam-jam, waktu yang kamu habiskan buat baca, waktu yang
kamu habiskan buat bolak-balik kemana-mana. Mata kamu yang selalu terlihat
lelah karena kurang tidur, keteguhan kamu, semua biaya yang orang tua kamu
keluarkan, restu orang tua kamu, semuanya
nggak pernah sia-sia.”
“Semua akhirnya
menumpuk dalam keranjang dharma kamu, menumpuk tinggi, menunggu untuk diberikan
ke kamu, dan akhirnya Yang Mahakuasa memberikannya padamu dengan berbagai cara
yang DIA mau. Semua usaha kamu selama ini, semua yang telah kamu tanam akhirnya
kamu petik.”
(Donny Dhirgantoro 5
cm, hal 133-134)

@Teh Mida, Iya teh, memang ada kontroversi. Ada kejanggalan-kejanggalan yang hanya diketahui oleh para pecinta alam.
ReplyDeleteMendaki Semeru sepertinya memang tak sesederhana dan tak semudah itu.
tapi overall, filmnya seru kok. daripada film-film Indonesia lainnya yg kebanyakan bergenre hororbukabukaan :D