Suatu hari di sebuah wawancara kerja...
“Oke, kamu bisa bawa motor, Den?” Tanya seorang ibu berkerudung,
yang sepertinya akan jadi atasan saya nanti.
“Bisa, Bu.” Jawab saya, singkat.
“Punya motornya?” Sambil
mendelik, si ibu langsung balik nanya.
Dengan penuh percaya diri saya pun menjawab, “Ada bu. Yamaha
V-Ixion.”
“Oh, bagus kalau gitu. Berarti
mau dong ya jadi marketer? Nanti, di
Bank ini, Saya tempatkan kamu di bagian marketing pembiayaan mikro.”
“Whoa, nanti saya
tugasnya ngapain nih Bu?”
“Ya simple lah, kamu
harus nyari nasabah yang butuh pembiayaan tambahan modal usaha. Untuk segmen
mikro, biasanya nyari ke pasar-pasar atau yang punya toko kelontong. Maksimal pembiayaan
untuk segmen mikro, 100 juta per-orang ya.” Jawab si ibu itu penuh kasih
sayang.
“Jadi, untuk awal tugas kalian. Saya kasih target 250 juta ya!” tambahnya.
Jedar.
Kaget. Saya yang waktu itu wawancaranya berdua bareng si Eja, malah saling pandang. Melongo sebentar, saya pun langsung melempar sebuah pertanyaan bodoh, “250 juta itu target berdua kan, Bu?”.
Kaget. Saya yang waktu itu wawancaranya berdua bareng si Eja, malah saling pandang. Melongo sebentar, saya pun langsung melempar sebuah pertanyaan bodoh, “250 juta itu target berdua kan, Bu?”.
“Haha.” Si ibu ketawa.
“Hahahaha..” dia ketawa lagi, lama pula.
“Ya sendiri atuh. Kalau
berdua mah, target kalian jadi 500 juta. Ngerti?” Ungkap si ibu, sambil masih nyengir.
Glek.
Jujur, saya yang tak ada pengalaman di marketing, rada tegang juga ditarget seperti itu. Bagaimana nanti
kalau gak mencapai target? bagaimana nanti kalau nggak ada nasabah satupun? ah,
berbagai pikiran negatif bermunculan. -_-
Sambil memutar-mutar pensil yang digenggamnya, si ibu pun kembali
bicara, “Nanti kalian berkompetisi ya. Siapa yang capai target duluan, saya
kasih reward deh.”
Saya lihat mimik muka si Eja. Aih, mengherankan. Berbeda dengan
saya, si Eja malah senyum-senyum sendiri. Sepertinya dia yakin bakalan achieve target. Kamfret. Saya makin tegang.
Wawancara pun usai...
...
Di luar kantor bank tersebut, saya ngobrol-ngobrol banyak
sama Si Eja.
“Ja, Lu kok tadi bisa cengar cengir santai gitu? Lu mah udah ada pengalaman di marketing yak?.”
Dengan terus menghisap rokok kreteknya, Si Eja berujar, “Target 250 juta mah gampang atuh, Boy. Maksimal pembiayaan kita kan 100 juta nih per-orang. Untuk capai target 250, Lu tinggal nyari saja dua orang calon nasabah yang mau pinjem 100 juta. Nah, sisanya, seorang lagi yang 50 jutaan. Target dah!. Hehe.” Si Eja menutup motivasinya dengan tangan dikepal dan muka penuh percaya diri. Atau lebih tepatnya, percaya diri yang kepenuhan.
Saya pun manggut-manggut setuju.
Akhirnya, setelah itu, kami berjuang bersama mencari nasabah. Nyebarin brosur dan cari prospekan pake motor kesana kemari.
Satu bulan kemudian . . . . . . . . . . . .Nihil.
Tak ada satupun debitur yang nyangkut. Ternyata nyari nasabah tak semudah prediksi Si Eja.
Kam...fret. Kami pun galau selama dua hari berturut-turut.
Tak ada satupun debitur yang nyangkut. Ternyata nyari nasabah tak semudah prediksi Si Eja.
Kam...fret. Kami pun galau selama dua hari berturut-turut.
Di sebuah
Warteg..
Dengan muka letih dan malas, saya membuka obrolan.
“Ja, gimana nih? Belum ada nasabah yang nyangkut satu orang pun.
Ada yang nyangkut, gak di-acc.
Lama-lama bisa dipecat ini kita. Dulu, kata lu gampang nyari nasabah.” Cerocos
saya.
“Hehe. Iya euy, Boy.
Ternyata tak semudah yang gue kira. Susah juga ya. Haha..”
Aih, dia malah ketawa.
Dalam hati, saya yakin, si Eja juga menyimpan kegundahan yang
sama. Iya, gundah takut dipecat.
Saya galau. Si Eja galau.
Di tengah kegalauan tersebut, Tiba tiba di TV milik ibu warteg
muncul iklan Yamaha. Yang waktu itu, jingle-nya
dibawakan oleh Band NOAH.
Di sana, terdengar suara Ariel mengalun indah..
Bila
kita terus rapatkan barisan Dan tetap
terus bergandengan tangan... Tentu kita
semakin di depan Langkah-langkah...
Yang telah
tertempuh Melesatkan
kita ke tujuan Waktu-waktu...
Terus
buktikan Cuma kita
yang semakin di depan!
Mendengar jingle Yamaha
tersebut, saya yang tadinya lesu tak bertenaga (walau sudah diisi nasi warteg),
langsung semangat lagi.
Sepertinya si Eja juga. Kami tatap-tatapan. Tidak, kami tidak saling
cinta. Kami cuma seperti mendapat kucuran spirit
yang mengguyur tiada henti.
Si Ariel benar. Langkah-langkah yang telah kami tempuh selama satu
bulan ini, pasti tak akan sia-sia. Lewat proses yang telah dijalani,
pasti akan melesatkan kami ke tujuan.
Mantap. saking semangatnya, saya langsung ninju etalase kaca warteg. Tapi gak jadi, takut kriminal.
Tanpa ngobrol panjang lebar, kami pun pamit pada yang punya
warteg, dan langsung menunggangi kuda besi masing-masing.
Bersama Yamaha V-Ixion yang
kegesitannya tak perlu diragukan lagi, saya pun kembali mengitari Bandung raya
(bahkan masuk ke wilayah Kabupaten) untuk mencari orang yang butuh pembiayaan.
Tapi, sebelum mencari nasabah, saya balik lagi ke itu warteg. Lupa, belum bayar.
Tapi, sebelum mencari nasabah, saya balik lagi ke itu warteg. Lupa, belum bayar.
Jingle Yamaha
mengalun merdu dari handphone saya. Aih, ternyata nomor tak dikenal.
“Asalamualaikum, benar ini dengan Kang Deden?” tanya suara di handphone.
“Benar, maaf ini dengan Bapak siapa?”.
Terdengar suara tarikan nafas, “Saya dengan Pak Usep, Kang. Pemilik
toko sembako di Jalan Kopo yang ngobrol-ngobrol sama Akang kemarin. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya saya memang butuh tambahan modal nih. Saya butuh dana 100 juta, Kang.”
Jleg.
Hening.
Saking gembiranya, saya tak dapat berkata-kata. Saya
jingkrak-jingkrak sebentar.
“Ooh, boleh-boleh Pak. Kapan saya bisa menemui Bapak?” Sambil senyam
senyum, saya to the point.
“Kalau hari ini, jam 11.00, bisa datang ke toko Saya nggak, Kang. Jangan telat ya, soalnya Saya mau keluar kota.” Jawabnya.
“Waduh, sekarang kan udah jam 10.15. sementara kopo cukup jauh.”
Gumam saya dalam hati.
Tanpa pikir panjang, saya langsung melesat ke daerah Kopo. Saya percaya
terhadap pertolongan Allah. Lagian ada si V-Ixion ini. Dia kan cepat dan
tangkas saat di jalan raya.
“Siap, Pak. Jam 11.00 saya sudah di rumah Bapak ya.” Setelah
mengucap salam, saya tutup itu telefon.
Sesampainya disana, Alhamdulillah saya tepat waktu. Malah lebih
cepat 10 menit. Dengan ramah, Pak Usep menghampiri saya.
Sambil bersalaman, Pak
Usep berkata serius, “Untung Kang Deden datangnya tepat waktu. Kalau nggak, mungkin
saya sudah menyerahkan berkas ini ke bank sebelah.” Kata Pak usep sambil nyengir.
Aiih, thank you Allah.
Terima kasih Yamaha V-Ixion, kau
sangat berjasa membantu meraih nasabah yang mau pinjam 100 juta ini.
Jadi begitu lah, Kawan. Setelah mencairkan Pa Usep yang pinjam 100
juta itu, pencapaian demi pencapaian berhasil saya raih.
Tentu saja semua itu berkat bantuan Allah.
Saya sangat berterima kasih kepada Dzat Yang Maha Pemurah itu
karena telah menganugrahi saya kuda besi Yamaha
V-Ixion.
Bersamanya, saya selalu tepat waktu kalau janjian sama calon nasabah. Melihat saya on time, calon nasabah pun merasa dihargai dan akhirnya terjadilah deal.
Selain keren, cepat dan canggih, Yamaha V-Ixion
juga sangat irit bahan bakar, Kawan. Kan sudah menggunakan sistem injeksi.
Jadi, walau seharian muter-muter Bandung, dompet saya tetap aman. Saya tenang, istri pun senang karena pundi pundi
Rupiah tak tumpah di pom bensin. :D
Oh iya, saat ini Yamaha punya produk barunya ya? motor matic injeksi bernama Xeon RC. Setelah saya baca spesifikasinya, selain kencang, Si Xeon RC ini sangat irit bahan bakar, Bray. Sungguh cocok untuk para Pemasar.
Oh iya, saat ini Yamaha punya produk barunya ya? motor matic injeksi bernama Xeon RC. Setelah saya baca spesifikasinya, selain kencang, Si Xeon RC ini sangat irit bahan bakar, Bray. Sungguh cocok untuk para Pemasar.
Coba lihat. Desainnya keren abis, Bray.
(Ditulis
oleh Deden Hanafi. Di Rumahnya.)




0 comments:
Post a Comment